Cerita santai : Balya Nur
Ill : ndableg.com |
Mpok Zuleha bangga
betul dengan kumis suaminya.Kumis itulah yang bikin dia lengket terus
sejak pacaran dulu sampai sudah punya anak perjaka.Dia tidak bisa tidur
sebelum mengelus elus kumis bang Somad Kumis,suaminya.
Malam ini Bang
Somad Kumis nampaknya tidak bisa tidur.Mpok Zuleha,istrinya seperti
biasa,rebahan di samping suaminya sambil mengelus-elus kumis suaminya.
Mata Bang Somad
menatap langit-langit.” Bang Somad Klimis akan dipromosikan menjadi
pengurus partai tingkat kecamatan,” kata Bang Somad Kumis kepada
istrinya,tapi nada suaranya sepertinya dia bicara dengan dirinya
sendiri.” Gue mau nyalonin jadi ketua partai tingkat kelurahan.Lu doain
aje,gue sih yakin banget insya Allah berhasil.Siapa coba yang berhasil
memenangkan Bang Foke di kelurahan ini.Kalau nggak ada gue mana bisa
menang.Iya,kan?”
Bang Somad melirik istrinya.” Yaah..lu tidur.” Istrinya nampak pulas,tangannya masih menempel di kumis Bang Somad Kumis.
Di kampung di
kelurahan itu ada dua Somad.Somad Klimis,ketua partai pengusung Foke
tingkat kelurahan.Disebut Klimis karena dia tidak bekumis,untuk
membedakan Bang Somad yang berkumis.
Bang Somad Kumis
walaupun dia tidak memegang jabatan struktural di lembaga apapun,tapi
dia cukup punya pengaruh kuat.Buktinya sewaktu Pilkada DKI putaran
pertama,Bang Somad berhasil memenangkan Foke di kelurahannya.Sebagai
pengusaha tambak ikan,Bang Somad Kumis tidak segan mengeluarkan uang
buat memenangkan jagoan berkumisnya itu.
Tentu saja bukan
uang yang dicari Bang Somad Kumis.Dia mengincar jabatan ketua partai
tingkat kelurahan.Dia bercita-cita menjadi anggota DPR atau minimal
DPRD.
Tapi Bang Somad
Kumis belum berpengalaman di dunia politik tingkat desa
sekalipun.Politik penuh intrik.Seorang yang berjasa belum tentu bisa
otomatis menduduki jabatan struktural.Bagai disambar geledek di siang
bolong ketika dia medapatkan kenyataan,yang menjadi pengurus parta
tingkat kelurahan ternyata Bapak Hamdani,SH.
Karuan saja Bang
Somad uing-uringan.Di kamarnya dia seperti layangan singit. Berputar
tidak karuan.Mpok Zuleha yang sudah ngebet ingin memegang kumis
suaminya,ikut uring-uringan.
“Bang,ngomelnya sambil tiduran,tangan aye sudah gatel nih.” Mpok Zuleha merajuk
“Diem,lu.Nggak tahu gue lagi puyeng tujuh keliling,lu masih mikirin ngelus kumis.Ikut prihatin dong..”
“ Bang Hamdani kan
punya titel,abang kan cuma tamatan SMA,Sudah deh,kita bersyukur saja apa
yang kita dapat sekarang.Ayo, tidur..”
“Enteng benget mulut
lu ya? Titel nggak bisa menjamin kerjanya bagus.Sewaktu pilkada putaran
pertama,apa kerjanya dia? Cuma ngomong sama manggut-manggut aja,gue yang
berkeringat,dan nguras kantong.”
Singkat cerita,Bang Somad patah arang dengan partai yang sekarang dia menjadi aktifisnya.
Tim pemenangan
Jokowi melihat peluang emas ini.Dia menadatangi Bang Somad Kumis.Dengan
baju kotak-kotaknya mereka tersenyum ramah.
“Begini Bang..” kata
juru bicara tim sukses Jokowi.”Pokoknya kalau Bang Somad Kumis berhasil
menangin Jokowi di kampung ini,Abang pasti jadi ketua partai pengusung
Jokowi, tingkat kelurahan .Dan emang itu sudah sepantasnya.Kita
menghargai setiap keringat yang menetes.” Kembali tim sukes itu
tersenyum ramah,senyum khas tim sukses.
“ Cuma, maf nih
Bang.Ini maaf seribu maaf Bang.Supaya oaring-orang percaya sekarang
Abang beralih ke Jokowi,ini maaf lho Bang.Saya usul,Abang mencukur
kumis…” Juru bicara Tim sukses Jokowi menghentikan bicaranya,dia menungu
reaksi Bang Somad kumis dengan tegang
“Setuju!” Bang
Somad mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga nampak ototnya tegang.Tim
sukes bernafas lega.Nampak pada wajah Bang Somad kumis ada rasa dendam
yang tertahan.Juga ada keinginan kuat atas harapan ke masa depan yang
terbuka lebar,menjadi anggota parlemen.”Tenang saja,saya yakin berhasil
memenangkan Jokowi,saya kalau bekerja tidak tanggung-tanggung.Lihat saja
nanti.”
Dan janji Bang
Somad Kumis dibayar kontan.Dia bukan hanya mulai memakai baju
kotak-kotak,tapi juga mencukur kumisnya! Tentu saja malapetaka bagi
istrinya.
Mpok Zuleha
seperti kemasukan setan gagu melihat wajah suaminya.Mulutnya
menganga.Matanya melotot.Tangannya menunjuk ke wajah
suaminya.Rojali,anak perjakanya juga ikutan bengong.Bang Somad yang
sudah tidak berkumis lagi itu angkat bicara.
“Coba kalian
mengerti,ini politik.Gue mau nujukin,titel nggak bisa menjamin orang
sukses di kemasyarakatan.Lihat saja nanti,orang yang dulu milih Bang
Kumis,sekarang gue bikin milih Jokowi semuanya.Gue cukur kumis sebagai
tanda gue sudah putus hubungan dengan Bang Kumis.”
“Aye nggak perduli
abang mau milih siapa.” Mpok Zuleha yang sudah pulih dari bengongnya
mulai menimpali.”Tapi soal abang nyukur kumis itu berarti abang emang
sudah pengen putus hubungan dengan aye,Bang..” Mpok Zuleha mulia mewek.
“Kumis ini habis pilkada juga tumbuh lagi.Ini cuma sebentar kok…Sabar saja..”
“Nggak.Sedetikpun aye nggak mau ngelihat muka abang kelimis gitu.Pulangin aye ke rumah orang tua aye,Bang…”
Bang Somad jadi
keder tujuh keliling,pertengkaran itu tentu saja tidak menguntungkan
bagi misi memenangkan jagonya yang orang Solo itu.Ditambah ancaman
Rojali,anaknya yang mengancam akan golput jika babe dan enyaknya
betengkar terus.
Ya, ini cuma dongeng.Dongeng politik.
Dongeng? Aku kok ragu ya….
29 Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar